About Me

My Photo
BLOGNYA ELHY
makassar, sulawesi selatan, Indonesia
profesi yang menjadi pilihan hidup, dan sangat bangga sebagai seorang perawat. berekspresi, berkreasi, dan berinovatif.... semangat selalu .......
View my complete profile

Followers

Text Widgets

Ketika kau telah menetapkan target yang hendak kau capai, lakukankah, selangkah demi selangkah hingga engkau raih tujuanmu dan Lakukanlah dengan konsisten.
Awalnya memang sulit, namun betapa bahagianya dirimu ketika kau mampu meraihnya.

SELALU SEMANGAT & OPTIMIS
DISERTAI ACTION AND CONSISTENT.

Come On...!!!
Langkahku kini menentukan arah hidupku
arah hidupku menentukan tujuanku
kini adalah saat ini dan waktupun terus bergulir
tapak demi tapak
detik demi detik
tak ada yang tahu kapan terhenti

sedetik begitu berharga
selangkah begitu berarti
tujuanku tercapai
saat ku mulai langkahku saat ini

Created: semangat YA (blognya elhy)

Another Templates

Location...

Pages

Powered By Blogger
Saturday, June 19, 2010

PostHeaderIcon DIARE DAN DEHIDRASI


            Diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.  
Diare diklasifikasikan menjadi dua yaitu (Wong, et al 2009):  
  1. Diare akut merupakan keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus gastrointestinalis. Biasanya berlangsung kurang dari 14 hari.
  2. Diare kronis didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya durasi sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali terjadi sebagai akibat keadaan kronis seperti sindrom malabsobsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi laktosa, atau sebagai akibat penatalaksanaan diare akut yang inadekuat.

Dehidrasi sendiri adalah suatu kondisi kehilangan cairan dan elektrolit tubuh, dan diare dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya dehidrasi.
 
(1)        Tipe Dehidrasi (Wong, et al, 2009)
a.      Dehidrasi Isotonik (isosmotik atau isonatremik) yaitu
-          bentuk primer dehidrasi pada anak-anak,
-          terjadi dalam keadaan terdapatnya defisit elektrolit dan air dengan proporsi yang kurang lebih seimbang. Kehilangan air dan garam terjadi dengan jumlah kurang lebih sama.
-          Antara cairan intrasel dan ekstrasel tidak terdapat gaya osmotik sehingga kehilangan cairan yang besar ditahan terutama berasal dari kompartemen ekstrasel. Keadaan ini secara signifikan mengurangi volume plasma dan juga volume darah sirkulasi yang akan mempengaruhi kulit, otot serta ginjal.
-          Pada anak akan nampak terjadi syok hipovolemik.
-          Kadar natrium plasma tetap berasa dalam batas-batas normal antara 130 dan 150 mEq/L.
b.      Dehidrasi Hipotonik (hiposmotik atau hiponatremik)
-          Defisit elektrolit melebihi defisit air yang membuat serum menjadi hipotonik
-          Karena cairan intrasel lebih pekat daripada cairan ekstrasel pada dehidrasi hipotonik, maka air akan bergerak dari carian ekstrasel ke dalam cairan intrasel untuk menghasilkan keseimbangan osmotik. Gerakan ini meningkatkan kehilangan volume cairan ekstrasel,
-          Kadar natrium serum kurang dari 130 mEq/L.
c.       Dehidrasi Hipertonik (hiperosmotik atau hipernatremik)
-          Terjadi karena kehilangan cairan yang melebihi kehilangan elektrolit
-          Diare hipertonik dapat terjadi pada bayi yang mendapatkan cairan per oral yang mengandung solut dengan jumlah besar, atau terjadi pada anak yang mendapatkan nutrisi enteral dengan kandungan protein yang tinggi sehingga ginjal menanggung beban muatan solut yang berlebihan.
-          Carian bergeser dari konsentrasi yang lebih rendah dalam cairan intrasel ke carian ekstrasel.
-          Kadar natrium plasma lebih besar dari 150 mEq/L.

Pembahasan lengkap dapat di download pada link berikut..

Read More... DIARE DAN DEHIDRASI

PostHeaderIcon Belajar EKG

Its the time..........

belajar EKG lewat media flash....









silahkan download lewat link berikut...





http://www.4shared.com/file/weZ69HTA/belajar_EKG.html 

Read More... Belajar EKG
Monday, June 14, 2010

PostHeaderIcon Qi Qong Tai chi

 Semuanya berawal dari sebuah tugas, dari praktik klinik profesi keperawatan gerontik bulan Januari 2010. Sebuah ide yang dicetuskan oleh Ns. Rini Rachmawati, S. Kep, MN bersama dengan dosen lainnya pada hari penerimaan praktik di Panti Sosial Gau Mabaji Gowa. Sebuah ide yang bisa dibilang tanpa proses pikir panjang dicetuskan hari itu, yakni tugas membuat laporan tugas akhir praktik gerontik, boleh dibilang semacam micro research. Hal yang baru untuk praktik gerontik kali ini, dan kami beruntung untuk bisa terlibat didalamnya. 
Awalnya gambarannya masih samar2, apa yang mesti kami buat dengan tugas ini, selama praktik 3 minggu ini, adalah hal yang tidak mudah. Tapi ini sebuah tantangan. kelompok aku yakni wisma 7 bergabung dengan kelompok 8. 12 personel terlibat dalam rangkaian tugas ini, mencakup cari ide, membangun kerjasama, mengeksplore kreativitas, menyusun, menganalisis, dan semangat tentunya.
Kami yang dibimbing oleh Ns. Erfina Malik, diberi kesempatan dan arahan dalam mengerjakan project ini. Kelompok Wisma 7 yang diawaki oleh K'Baso, Nono, Mega, Ika ngana, Eva, dan saya (ELi) bersama dengan kelompok 8 yang diawaki pula oleh rekan Uni, Ibu Kartini, K'Tasya, Rini, Suri, dan Ochi pada awal pengerjaan tugas tidak sedikit mengalami kendala, terkait topik yang ingin diangkat. Setelah diskusi yang cukup dinamis waktu itu, atas ide K' Aso, diambillah topik tentang Rheumatoid Artritis. Sebuah topik yang sering menjadi masalah bagi lansia. 
Meskipun udah ada topik, tapi menjadi persoalan saat itu adalah mencari artikel. Pencarian pun dimulai, tapi sulit di area dengan dapat signal handphone sedikit mengalami 1 kendala ditambah dengan akses internet jauh lebih sulit, ya minimal ke kota Gowa tuk browshing. So tertunda dulu beberapa hari.
Setelah sepekan berlalu praktik, didapatlah artikel terkait artritis, tapi hati-hati dari para awak wisma 7 dan 8 belum srek, so cari-cari lagi. Alhamdulillah, rekan kami si Uni yang tekun, dapat artikel menarik tentang Qi Qong Tai chi. Maka dari sinilah semua berawal....................


      
Latihan Qi Qong Tai Chi merupakan latihan pemanasan yang tidak dapat dipisahkan dari senam tai chi itu sendiri, dengan memadukan latihan pernapasan dan meditasi gerak, Qi Qong adalah latihan dasar yang sangat diperlukan untuk mendapatkan keefektifan terapi senam, memberikan efek ketenangan yang dapat menurunkan stress, meningkatkan kemampuan berkonsentrasi, melancarkan sirkulasi darah dan amat dianjurkan untuk perawatan kesehatan alami. (Artikel Sufi 2004 & Nurussalam n.d). 
Latihan Qi Qong Tai Chi terdiri atas 5 gerakan, sebagai berikut (Anonim 2008) :


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lee & Jeon (2006) di Korea tentang efek latihan tai chi, latihan ini juga dapat mengurangi nyeri Reumatoid Artritis bila dilakukan secara intensif. 




Daftar Pustaka
Anonim, 2008, Tai chi exercise, diakses pada 18 Januari 2009, www.everyday-taichi.com.
Artikel Sufi, 2004, Tai-Chi dan Gerakan dalam Shalat, diakses 18 Januari 2010, dari www.sufinews.com.
Lee KY & Jeong OY, 2006. The Effect of Tai Chi Movement in Patients With Rheumatoid Arthritis. USA: U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health on Behalf
of the Department of Nursing, Daejon University, Youngon-dong , Dong-gu, Daejeon, Korea, diakses pada 16 Januari  http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16691045.
Nurussalam, n.d. Beberapa pemahaman yang salah tentang Tai Chi, diakses tanggal 15 Januari 2010, http://www.naturindonesia.com/metode-penyembuhan/penyembuhan-dengan-tai-chi/548-tai-chi.pdf.


   

Read More... Qi Qong Tai chi
Friday, May 14, 2010

CHEPALGIA KRONIK 

A.    DEFINISI

Chepalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang. Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Smeltzer & Bare 2002).

Chepalgia Kronik mengacu pada sakit kepala yang terjadi lebih dari 15 hari dalam sebulan - dalam beberapa kasus bahkan setiap hari - selama tiga bulan atau lebih (Silberstein, 2005). Chepalgia kronik dapat dikategorisasikan dalam 2 kelompok yaitu primer dan sekunder.

Chepalgia kronik primer tidak berhubungan dengan penyakit sistemik, dan lebih sering dikaitkan dengan panjang pendeknya durasi nyeri, didasarkan apakah seseorang memiliki episode nyeri kepala yang berlangsung rata-rata kurang atau lebih dari 4 jam. Saat durasi nyeri kepala kurang dari 4 jam, maka diagnosis yang berbeda dapat meliputi cluster headache, paroxysmal hemicrania, idiopathic stabbing headache, hypnic headache, dan short-lasting unilateral neuralgiform headache attacks dengan conjunctival injection and tearing (SUNCT). Dan saat durasinya berlangsung lebih dari 4 jam, maka yang termasuk dalam kriteria yang dikeluarkan oleh International Classification of Headache Disorders (ICHD-2) adalah chronic migraine, hemicrania continua, chronic tension-type headache (CTTH), and new daily persistent headache (NDPH) (Headache Classification Committee of the International Headache Society, 2004). Sedangkan Chepalgia kronik sekunder seperti acute headache medication overuse, head trauma, cervical spine disorders, vascular disorders, dan disorders of intracranial pressure.

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Silberstein and Lipton (2001), prevalensi Chepalgia kronik yaitu lebih banyak dialami wanita dengan rasio perbandingan  1.8:1.

 

B.     ETIOLOGI

Sakit kepala kronis sering berkembang dari sejumlah faktor risiko yang umum:

1.      Penggunaan obat yang berlebihan.

Hampir semua obat sakit kepala, termasuk dan penghilang migrain seperti acetaminophen dan triptans, bisa membuat sakit kepala parah bila terlalu sering dipakai untuk jangka waktu lama.

Menggunakan terlalu banyak obat dapat menyebabkan kondisi yang disebut rebound sakit kepala

2.      Stres.

Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, termasuk sakit kepala kronis. Selain itu, itu terkait dengan kecemasan dan depresi, yang juga faktor risiko untuk berkembang menjadi sakit kepala kronis.

3.      Masalah tidur

Kesulitan tidur merupakan faktor risiko umum untuk sakit kepala kronis. Mendengkur, yang dapat mengganggu pernapasan di malam hari dan mencegah tidur nyenyak, juga merupakan faktor risiko.

4.      Obesitas.

Dokter tidak yakin persis mengapa, menjaga berat badan yang sehat tampaknya dapat dihubungkan dengan penurunan risiko untuk sakit kepala kronis.

5.      Kafein.

Sementara kafein telah ditunjukkan untuk meningkatkan efektivitas ketika ditambahkan ke beberapa obat sakit kepala, terlalu banyak kafein dapat memiliki efek yang berlawanan. Sama seperti obat sakit kepala berlebihan dapat memperburuk gejala sakit kepala, kafein yang berlebihan dapat menciptakan efek rebound.

6.      Penyakit atau infeksi,

Seperti meningitis, saraf terjepit di leher, atau bahkan tumor.

 

C.    PATOFISIOLOGI

Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.

Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:

Ø   Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.

Ø   Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.

Ø   Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali.

Ø   Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).

Ø   Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis)

Ø   Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.

Ø   Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis.

Ø   Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi dan stress.

 

D.    MANIFESTASI KLINIS

a.             Migren

 

Migren adalah gGejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4 – 72 jam. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga. Migrain lebih sering mengenai pada usia dewasa muda, puncak insidens antara 25 – 34 tahun, 90% mengalami nyeri kepala sebelum usia 40 tahun.

Karakteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan nausea dan atau fotofobia dan fonofobia.Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.

Migren dapat dibagi menjadi 4 fase, yaitu:

Ø   Fase Prodromal

Sebanyak 50% pasien mengalami fase prodromal ini yang berkembang pelan-pelan selama 24 jam sebelum serangan. Gejala: kepala terasa ringan , tidak enak, iritabel, memburuk bila makan makanan tertentu seperti makanan manis, mengunyah terlalu kuat, sulit/malas berbicara.

Ø   Fase aura.

Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien untuk menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah gangguan penglihatan (silau), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing.

Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.

Sebanyak 80% serangan migraine tidak disertai aura.

Ø   Fase Headache

Nyeri kepala yang timbul terasa berdenyut dan berat. Biasanya hanya pada salah satu sisi kepala tetapi dapat juga pada kedua sisi. Sering disertai mual muntah tidak tahan cahaya (photofobia) atau suara (phonofobia).. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari. Nyeri kepala sering memburuk saat bergerak dan pasien lebih senang istrahat ditempat yang gelap dan ini sering berakhir antara 2 – 72 jam.

Ø   Fase pemulihan (Postdromal)

Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.

Patofisiologi :

1.      Teori meningo-vaskuler

Æ  Modulasi melalui kimia-biokimiawi, mekanik,  ionic atau sinaptik dan neurovaskuler akan merangsang serat saraf C serta aktivasi akson trigemino-vaskuler .

Æ  Semua ini mengakibatkan pelepasan bahan P (P substance), neurokinin A (NKA), calsitonin gene-related peptide (CGRP) dan glutamat.

Æ   Bahan P, NKA dan CGRP mengakibatkan ekstravasasi protein plasma, sedangkan bahan P dan NKA menimbulkan vasodilatasi. Semua ini mengakibatkan  inflamasi steril dan sakit kepala.\

2.      Teori biokimia

        Serotonin dan reseptor serotonin

        Magnesium

Pada serangan migren, magnesium dalam otak dan cairan serebrospinal menurun. Pada migren dengan stress, dikeluarkan magnesium yang banyak dalam air seni. Minuman yang mengandung estrogen, alkohol dan fosfat dengan kadar tinggi, dpat menurunkan kadar magnesium dan mengakibatkan serangan migren. Magnesium mempengaruhi tonus pembuluh darah.

        Bahan-bahan  lain yang mempengaruhi fungsi trombosit. Misalnya glukosa, asam lemak bebas, tiramin, feniletilamin, fenolsulfotransferase, hormon kelamin, komplemen imunoglobulin.

3.      Teori neural

Æ  Penyebaran depresi kortikal

Terjadi bangkitan hebat dari aksi potensial yang diikuti depolarisasi neuron dan sel glia, serta perubahan elektrolit dan keseimbangan kalium dan natrium yang melintasi membran sel. Fenomena ini meluas secara pelan melalui korteks, dengan kecepatan 3 – 5 mm/detik.

Æ  Neuron dan glia

Migren adalah disfungsi neuronal. Terdapat aktifitas neuronal yang berlebihan, dengan pelepasan kalium yang tidak dapat diatasi dengan neuroglia.

 

Prinsip penanganan migrain :

1.      Hindari factor factor yang memperburuk serangan migren seperti: suara yang keras, bau yang tajam, cahaya silau, stress dan makanan makanan seperti keju, coklate, buah sitrus dan alcohol.

2.      Pada saat serangan, obat yang digunakan al:

Æ   Analgesik biasa : aspirin dan parasetamol.

Æ  Non steroid anti-inflamatory drugs : ibuprofen, naproxen.

Æ  Ergotamine

Æ  Sumatriptan

3.      Untuk profilaksis digunakan:

Æ  beta bloker : propanolol,metoprolol

Æ  calsium antagonis : verapmil, flunarisin

Æ  methylsergide, pizotifen dan amitriptilin.

b.        Cluster Headache


Cluster Headache adalah bentuk sakit kepala vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria. Frekwensi nyeri kepala cluster 0,5% dari populasi laki-laki dan 0,1% dari populasi wanita. Nyeri kepala ini lebih jarang dibandingkan dengan migren.

Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa di daerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair, rinorhea dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 180 menit yang menguat dan menurun kekuatannya. Periode serangan bisa berlangsung beberapa kali perhari 1 – 3 serangan perhari, sering berakhir antara 3 – 16 minggu. Dengan interval antara 6 bulan dan 5 tahun.

Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin.

Cluster headache merupakan salah satu nyeri kepala kronik yang sering mengganggu kehidupan seseorang dan pasien terbangun karena nyeri kepala. Sering menyebabkan perubahan emosional seseorang.

Patofisiologi :

Focus patofisiologi di arteri karotis intrakavernosus yang merangsang pleksus perikarotis. Pleksus ini mendapat rangsangan dari cabang 1 dan 2 nervus trigeminus, ganglia servikalis superior/SCG (simpatetik) dan ganglia sfenopalatinum/SPG (parasimpatetik). Diperkirakan focus iritatif di dan sekitar  pleksus membawa impuls-impuls ke batang otak dan mengakibatkan rasa nyeri di daerah periorbital, retroorbital dan dahi. Hubungan polisinaptik dalam batang otak merangsang neuron-neuron dalam kolumna intermediolateral sumsum tulang belakang (simpatetik) dan nucleus salivatorius superior (parasimpatetik). Serat-serat preganglioner dari nucleus-nukleus  ini membawa impuls-impuls untuk merangsang SCG (simpatetik) dan mengakibatkan sekresi keringat di dahi, serta rangsangan pada SPG (parasimpatetik) untuk sekresi air mata (lakrimasi) dan air hidung (rinorrhea).

 

c.         Tension Headache

Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.

Nyeri kepala episodik yang infrequent berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari. Nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat dengan intensitas ringan sampai sedang. Nyeri tidak bertambah pada aktifitas rutin, tidak didapatkan mual tapi bisa ada fotofobia atau fonofobia.

Hampir sebagian besar dalam hidupnya seseorang pernah mengalami nyeri kepala tumpul yang menyertai kelelahan, stress, nonton atau membaca yang lama. Nyeri kepala ini sering memberi respons pengobatan dengan analgesik biasa. Prevalensi nyeri kepala tension  seperti pada migren 75% dengan kronik tension headache adalah wanita dan tidak ada hubungannya dengan genetic. 40%  mempunyai riwayat keluarga yang menderita nyeri kepala tension. Kira-kira 15% nya sudah mulai menderita sebelum usia 10 tahun.

 

E.     EVALUASI DIAGNOSTIK

1.      CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.

2.      MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.

3.      Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.

 

F.     PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaannya dapat dilakukan secara farmakologis maupun non farmakologis (Wikipedia, 2010) :

1.      Secara Farmakologis

1.      Penggunaan obat analgesik

Metode pengobatan yang paling umum kronis adalah penggunaan obat. Banyak orang mencoba untuk mencari bantuan dari obat-obatan analgesik nyeri seperti aspirin, asetaminofen, senyawa aspirin, ibuprofen, dan narkotika. Namun demikian ada beberapa jenis obat seperti Ergotamin (Cafergot), triptans (Imitrex), dan prednisone (Deltasone) bila digunakan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan peningkatan sakit kepala. Obat penghilang rasa sakit tersebut hanya membantu sementara, tetapi sakit kepala menjadi lebih re-aktif dan tumbuh dalam intensitas bila digunakan terus-menerus (sakit kepala rebound). Ini benar-benar dapat membuat tubuh kurang responsif terhadap pengobatan pencegahan. Oleh karena itu, obat analgesik sering disarankan untuk sakit kepala yang tidak kronis di alami.

2.      Profilaksis (pencegahan) obat

Obat-obatan yang umum yang paling sering digunakan untuk mengobati chepalgia kronis disebut obat-obatan profilaksis, yang digunakan untuk mencegah sakit kepala. Obat-obatan profilaksis direkomendasikan untuk pasien sakit kepala kronis karena percobaan bervariasi membuktikan bahwa obat mengurangi frekuensi, keparahan, dan kecacatan yang berhubungan dengan sakit kepala kronis. Mayoritas obat profilaksis bekerja dengan menghambat atau meningkat neurotransmissions di otak, sering mencegah otak dari menafsirkan sinyal rasa sakit.

Pencegahan obat-obatan termasuk gabapentin (gabapentin), Tizanidine (Zanaflex), fluoxetine (Prozac), amitriptyline (Elavil), dan topiramate (Topamax). Dalam pengujian, gabapentin ditemukan untuk mengurangi jumlah hari sakit kepala per bulan sebesar 9,1% . Tizanidine ditemukan untuk mengurangi frekuensi sakit kepala rata-rata per minggu, intensitas sakit kepala, dan durasi sakit kepala berarti. Melalui penelitian, Fluoxetine menghasilkan peringkat suasana hati lebih baik dan "peningkatan yang signifikan dalam-bebas hari sakit kepala." Satu studi menemukan bahwa frekuensi sakit kepala selama jangka waktu 28 hari menurunkan untuk pasien sakit kepala kronis pada penggunaan topiramate. Obat lain untuk mencegah sakit kepala adalah toksin botulinum tipe A (BoNTA atau BOTOX), yang diberikan melalui suntikan.

 

2.      Secara Non farmakologis

1.      Terapi Fisik

Dalam terapi fisik, pasien bekerja sama dengan ahli terapi untuk membantu mengidentifikasi dan mengubah kebiasaan fisik atau kondisi yang mempengaruhi sakit kepala kronis. Terapi fisik untuk sakit kepala harian kronis berfokus pada tubuh bagian atas, termasuk punggung atas, leher, dan wajah. Therapist menilai dan meningkatkan tubuh postur pasien, yang dapat memperburuk sakit kepala. Selama sesi latihan, terapis menggunakan terapi manual, seperti pijat, peregangan, atau gerakan bersama untuk melepaskan ketegangan otot. Metode lain untuk mengendurkan otot termasuk penggunaan rangsangan panas, kantong es, dan "rangsangan listrik." Terapis juga mengajarkan penderita sakit kepala kronis-latihan di rumah untuk memperkuat dan peregangan otot-otot yang dapat memicu sakit kepala. Dalam terapi fisik, pasien harus mengambil peran aktif untuk berlatih latihan dan melakukan perubahan atau dia gaya hidupnya untuk itu menjadi perbaikan.

2.      Akupunktur

Studi akupunktur di Jerman menemukan bahwa 52,6% pasien melaporkan penurunan frekuensi sakit kepala.

3.      Relaksasi

Relaksasi membantu untuk mengurangi ketegangan internal, yang memungkinkan seseorang untuk mengendalikan sakit kepala yang dipicu oleh stres.Latihan relaksasi mencakup 2 metode yaitu :

a.       Metode Fisik

Relaksasi otot progresif dan teknik pernapasan dalam.

b.      Metode Mental

Meditasi, relaksasi membantu tubuh untuk melepas lelah, mencegah pembentukan sakit kepala.

4.      Biofeedback

Biofeedback sering digunakan untuk mengevaluasi efektivitas pelatihan relaksasi. Salah satu biofeedback tes paling umum adalah electromyograph (EMG), yang mengevaluasi aktivitas listrik yang dihasilkan oleh otot. Biofeedback juga dapat mengukur aktivitas otak listrik melalui uji yang disebut electroencephalograph (EEG). Tes lain, yang disebut termograf, mengukur suhu kulit, karena ketika seseorang santai mereka telah meningkatkan aliran darah dan temperatur yang lebih tinggi. Cara lain adalah BVP biofeedback, yang mengajar pasien bagaimana mengatur dan mengurangi amplitudo nadi dengan membatasi arteri. Ketika tegang, seseorang meningkatkan aktivitas kelenjar keringat, yang diukur dengan pengujian electrodermograph tangan. Metode Biofeedback telah terbukti dapat digunakan. Sebuah penelitian yang melibatkan lima belas sesi perawatan ditemukan bahwa biofeedback berhasil dalam mengurangi baik frekuensi dan tingkat keparahan sakit kepala di debit dan dari waktu ke waktu. Biofeedback memungkinkan penderita sakit kepala untuk mengidentifikasi masalah dan kemudian berusaha untuk menguranginya.

5.      Perubahan dalam diet

Banyak penderita sakit kepala kronis gagal untuk mengenali makanan atau minuman sebagai faktor sakit kepala, karena konsumsi mungkin tidak konsisten menyebabkan sakit kepala atau sakit kepala bisa tertunda. Banyak bahan kimia dalam makanan tertentu dapat menyebabkan sakit kepala kronis, termasuk kafein, monosodium glutamat ( MSG), nitrit, nitrat, tyramine, dan alkohol. Beberapa makanan dan minuman yang penderita sakit kepala kronis disarankan untuk menghindari termasuk minuman berkafein, coklat, daging olahan, keju dan produk susu fermentasi, kacang, dan alkohol.

6.      Terapi perilaku dan terapi psikologis

Psikologi dan terapi perilaku mengidentifikasi situasi stress dan mengajarkan pasien dengan sakit kepala kronis bereaksi berbeda, mengubah perilaku mereka, atau menyesuaikan sikap untuk mengurangi ketegangan yang mengarah ke sakit kepala. Perlakuan terutama berfokus pada "emosional, mental, perilaku, dan faktor-faktor sosial" sebagai dampak sakit kepala mereka. Pasien hanya disarankan untuk menghindari stres ketika mereka berbagi beban atau masuk akal dengan orang lain.

 

G.    KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan sakit kepala kronis meliputi depresi, cemas, gangguan tidur, dan masalah fisik dan psikologis lainnya.

 ASUHAN KEPERAWATAN

 

A.    PENGKAJIAN

Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan sifat dari sakit kepala.

    1. Data Subyektif

§  Pengertian pasien tentang sakit kepala dan kemungkinan penyebabnya.

§  Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress.

§  Langkah – langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan.

§  Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan interval diantara sakit kepala.

§  Awal serangan sakit kepala.

§  Ada gejala prodromal atau tidak.

§  Ada gejala yang menyertai.

§  Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren).

§  Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.

§  Ada alergi atau tidak.

    1. Data Obyektif

§  Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri.

§  Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari – hari.

§  Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial.

§  Suhu badan

§  Drainase dari sinus.

Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya ialah :

    • Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau gangguan organik.
    • Sakit kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atau terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
    • Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi kesisi yang lain.
    • Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbil pada waktu bangun tidur atau sakit kepala tersebut
      membengunkan pasien dari tidur.
    • Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk.
    • Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.
    • Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi pada sakit kepala yang psikogenis.
    • Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya bertambah
      terus.
    • Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan makanan yang mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine demikian juga alkohol.
    • Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam limngkungan kerja dimana ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala.
    • Obat kontrasepsi oral dapat memperberat migrain.
    • Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala perlu dikaji.

 

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

  1. Nyeri kronik b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial.
  2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
  3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.

 

C.    INTERVENSI

1.      Nyeri kronik b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial.

Intervensi:

a.       Pastikan durasi/episode masalah , siapa yang telah dikonsulkan, dan obat dan/atau terapi apa yang telah digunakan

b.      Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya (dengan skala 0-10), karakteristiknya (misal : berat, berdenyut, konstan) lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.

c.       Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, misalnya otak/meningeal/infeksi sinus, trauma servikal, hipertensi atau trauma.

d.      Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi : ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis/meringis, menarik diri, diaforesis, perubahan frekuensi jantung/pernafasan, tekanan darah.

e.       Kaji hubungan faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang

f.       Evaluasi perilaku nyeri

g.      Catat adanya pengaruh nyeri misalnya: hilangnya perhatian pada hidup, penurunan aktivitas, penurunan berat badan.

h.      Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi dari pasien, seperti mengisolasi diri.

i.        Tentukan isu dari pihak kedua untuk pasien/orang terdekat, seperti asuransi, pasangan/keluarga

j.        Diskusikan dinamika fisiologi dari ketegangan/ansietas dengan pasien/orang terdekat

k.      Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu timbul.

l.        Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan indikasi.

m.    Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang.

n.      Berikan kompres dingin pada kepala.

o.      Berikan kompres panans lembab/kering pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan.

p.      Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan.

q.      Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik, visualisasi, biofeedback, hipnotik sendiri, dan reduksi stres dan teknik relaksasi yang lain.

r.        Anjurkan pasien untuk menggunakan pernyataan positif  “Saya sembuh, saya sedang relaksasi, Saya suka hidup ini”. Sarankan pasien untuk menyadari dialog eksternal-internal dan katakan “berhenti” atau “tunda” jika muncul pikiran yang negatif.

s.       Observasi adanya mual/muntah. Berikan es, minuman yang mengandung karbonat sesuai indikasi.

 

2.      Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.

Intervensi.

a.       Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil keuntungan dari kegiatan yang daoat diajarkan.

b.      Bantu pasien dalam memahami perubahan pada konsep citra tubuh.

c.       Sarankan pasien untuk mengepresikan perasaannya dan diskusi bagaimana sakit kepala itu mengganggu kerja dan kesenangan dari hidup ini.

d.      Pastikan dampak penyakitnya terhadap kebutuhan seksual.

e.       Berikan informasi mengenai penyebab sakit  kepala, penagnan, dan hasil yang diharapkan.

f.       Kolaborasi

Rujuk untuk melakukan konseling dan/atau terapi keluarga atau kelas tempat pelatihan sikap asertif sesuai indikasi.

 

3.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.

Intervensi ;

a.       Diskusikan etiologi individual dari saki kepala bila diketahui.

b.      Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi, seperti stress emosi, suhu yang berlebihan, alergi terhadap makanan/lingkungan tertentu.

c.       Diskusikan tentang obat-obatan dan efek sampingnya. Nilai kembali kebutuhan untuk menurunkan/menghentikan pengobatan sesuai indikasi

d.      Instruksikan pasien/orang terdekat dalam melakukan program kegiatan/latihan , makanan yang  dikonsumsi, dan tindakan yang menimbukan rasa nyaman, seprti masase dan sebagainya.

e.       Diskusikan mengenai posisi/letak tubuh yang normal.

f.       Anjurkan pasien/orang terdekat untuk menyediakan waktu agar dapat relaksasi dan bersenang-senang.

g.      Anjurkan untuk menggunakan aktivitas otak dengan benar, mencintai dan tertawa/tersenyum.

h.      Sarankan pemakaian musik-musik yang menyenangkan.

i.        Anjurkan pasien untuk memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan atau faktor presipitasinya.

j.        Berikan informasi tertulis/semacam catatan petunjuk

k.      Identifikasi dan diskusikan timbulnya resiko bahaya yang tidak nyata dan/atau terapi yang bukan terapi medis

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Barbara C Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.

Headache Classification Committee of the International Headache Society, 2004, The International Classification of Headache Disorders: 2nd edition.

Marylin E. Doenges, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Silberstein, 2005, Chronic daily headache, diakses pada 9 Mei 2010, http://www.jaoa.org.

Silberstein and Lipton, 2001, Chronic daily headache including transformed migraine, chronic tension-type headache, and medication overuse. In: Silberstein SD, Lipton RB, Dalessio DJ, eds. Wolff's Headache and Other Head Pain. New York, NY: Oxford University Press

Smeltzer & Bare, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

 

Sylvia A & Price, W 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4 Buku 2. EGC, Jakarta.

Read More...

Indahnya kesabaran itu....

Bismillah….,

sabarlah dengan kesabaran yan indah, alangkah dekat jalan keluarnya, barangsiapa yang selalu muroqobah dengan Allah dalam semua urusan, pastilah selamat. Siapa yang membenarkan Allah, niscaya segala rintangan tidak akan mengenainya.

Bertawakkallah pada Allah karena hanya KepadaNya hendaknya orang-orang mu’min bertawakkal. Mohon pertolongan dengan sholat dan sabar. Semoga Allah memerikan pertolonganNya kepada kita semua dan memudahkan segala urusan. Semoga kita semua diberi kemudahan untuk mengamalkannya dan menyampaikan.

Langkah tuk meraih masa depan

Dihadapkanku atas pilihan

langkah yang menentukan arah....

setiap langkah berarti masa depanku

Ya Allah ku memohon yang terbaik dariMu

dalam meraih masa depanku.................

Selalu yang terbaik dariMu

Ku berdo’a kepada Allah,

Minta bunga tapi di beri kaktus berduri

Minta kupu2 tapi diberi ulat

Ku sedih dan kecewa

Namun

Tiba-tiba

Kaktus itu berbunga cantik sekali

Ulat itu berubah jadi kupu2 yang indah sekali.

Begitulah kasih sayang Allah

Karena Allah selalu menjawab do’a hambanya

Ga selalu dengan Ya,

Tapi selalu dengan yang TERBAIK

Rank....

Give Your Comment Here

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x

Ingat Waktu ya

Links

Kuwait

Kuwait